Dalam Islam, shalat memiliki keddukan isimewa, yang tidak dimiliki oleh . Shalat adalah tiang agama, dan agama bisa tegal karenanya. Rasullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda,
"Islam adalah puncak segala sesuatu, dan shalat adalah tiangnya. Ujung tombaknya adalah jihad dijalan Allah."
Imam Tirmidzi berkata : “Hadits Hasan Shahih”. Aku (Syaikh) berkata : “ini adalah hadits Hasan sebagaimana telah aku tahqiq dalam “Takhrij Kitab Ash-Shomtu” karya Imam Ibnu Abid Dunya (no. 6)”.
Shalat adalah ibadah pertama yang diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kewajiban ini disampaikan kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam pada saat malam Isra Mikraj, tanpa perantara. Anas r.a. bercerita, "Shalat diwajibkan kepada Nabi Shallallahu'alaihi wasallam pada saat beliau diangkat pada maalm Isra, yaitu sebanyak 50 kali, kemudian dikurangi hingga mencapai kali. Lalu dipanggilah Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam, "Wahai Muhammad, sungguh, perkataan-Ku tidak bisa diganti-ganti. Dengan 5 ini, kamu mendapatkan 50."
Shalat adalah ibadah pertama yang akan dihisab dari diri seorang manusia. Abdullah bin Qarth bercerita bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda,
"Sesuatu yang pertama kali dihisab dari seorang hamba adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka seluruh amalnya akan baik. Jika shalatnya rusak, maka rusaklah seluruh amalnya."
Shalat adalah wasiat terakhir Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam yang disampaikan kepada umat beliau pada saat beliau akan meninggal dunia. Beliau bersabda (-pada saat akan menghembuskan nafas beliau yang terakhir),
"Shalat, shalat, dan apa yang menjadi tanggung jawab kalian semua..."
Shalat adalah hal terkahir yang akan hilang dari agama. ika shalat tiada, maka agama pun sirna. Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda,
"Tali (jati diri) Islam akan sirna sedikit demi sedikit. Setiap kali satu tali hilang, maka manusia akan bergantung kepada tali selanjutnya. Tali pertama yang akan hilang adalah hukum, dan tali yang terkahir adalah shalat."
Jika kita menelaah ayat ayat Al-Qur'an, kita akan mendapatkan bahwa shalat sering kali disandingkan dengan zikir.
"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (Perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (Shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). "(al-Ankabut [29]: 45)
"Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman), dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia shalat."(al-A'la [87]: 14-15)
"Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku." (Thaha [20]:14)
Terkadang shalat juga disandingkan dengan zakat.
"Dan laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat." (al-Baqarah [2]: 110)
Atau dengan kesabaran
"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat." (al-Baqarah [2]:45)
Terkadang juga dengan ibadah haji.
"Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)." (al-Kautsar [108]:2)
"Katakanlah (Muhammad), 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim)." (al-An'am [6]:162-163)
Terkadang juga, pembahasan shalat didahului dengan (pembahasan) amal baik dan diakhiri dengan amal baik pula. Seperti yang disebutkan di dalam surah al_ma'arij dan di awal surah al_mu'minun.
"Sungguh beruntung orang orang yangberiman, (yaitu) orang yang khusyu dalam shalatnya... serta orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya".: (al-Mu'minun [23]:1-11)
Salah satu bentuk kepedulian ajaran Islam terhadap shalat adalah perintah untuk melaksanakannya dalam perjalanan atau saat sedang berada di rumah. Baik dalam keadaan aman maupun dalam peperangan (ketakutan). Allah berfirman,
"Peliharalah semua shalat dan shalat wustha (ashar). Dan laksanakanlah (shalat) karena Allah dengan khusyu. Jika kamu takut (ada bahaya), shalatlah sambil berjalan kaki atau berkendaraan. Kemudian apabila telah aman, maka ingatlah Allah (shalatlah), sebagaimana Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang tidak kamu ketahui." (al-Baqarah [2]:238-239)
Allah juga berfirman untuk menjelaskan tata cara shalat pada saat perjalanan, kondisi perang, atau didalam keadaan yang aman.
"Dan apabila kamu bepergian di bumi, maka tidaklah berdosa kamu mengqashar shalat, jika kamu takut diserang orang kafir. Sesungguhnya orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. Dan apabila engkau (Muhammad) berada ditengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu engkau hendak melaksanakan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata mereka, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan satu rakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang lain yang belum shalat, lalu mereka shalat denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata mereka. Orang orang kafir ingin agar kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu sekaligus. Dan tidak mengapa kamu meletekan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat suatu kesusahan karena hujan atau karena kamu sakit, dan bersiap siagalah kamu. Sungguh, Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang orang kafir itu. Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan shalat -(mu)ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang orang yang beriman." (an-Nisa [4]:101-103)
Allah Subhanahu wa Ta'ala sangat membensi orang orang yang menganggap remeh shalat dan mengancam orang yang meninggalkannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
"Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti yang mengabaikan shalat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat." (Maryam [19]: 59)
"Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya." (al-Maun [107]: 4-5)
Hal itu karena shalat adalah persoalan agung yang memerlukan adanya hidayah khusus, maka Ibrahim Alaihis Salam memohon kepada Tuhan agar menjadikan dirinya dan keluarganya untuk senantiasa melaksanakan shalat.
"Ya Tuhanku, jadikan aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku." (Ibrahim [14]: 40)





Komentar
Posting Komentar